1min: Kill or be Killed.

M Arkham C Jantra
3 min readJul 5, 2021

Apakah benar, dalam menjalankan sebuah bisnis kita harus menjadi orang yang kejam?

Business doesn’t have to be cut-throat, kill or be killed, beat the competition at all costs.

Syukurlah, sejauh ini saya tidak pernah dapat bertahan hidup di dunia yang seperti itu. Karena nyatanya, mereka yang menjalankan bisnis dengan peduli pada pelanggan mereka dan melihat pesaing juga dapat sukses.

Lisa Bodell, founder FutureThink memberikan gambaran sebuah teknik yang efektif dalam memenangkan persaingan bisnis pada masa depan.

Kill your company!

Strategi ini didesain untuk secara objektif menganalisa keseluruhan bisnis secara internal dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

To be innovative, innovation often cannot be your starting point. Sometimes you need to focus on what needs fixing first. To do this, you can use a provocative exercise called Kill The Company.

Saat ini, pesaing yang semakin agresif membuat sikut-menyikut dalam bisnis dianggap hal yang wajar. Hal ini diperparah dengan adanya disrupsi teknologi yang memicu produksi sebuah produk menjadi semakin efisien, murah, dan pemasaran menjadi semakin efektif.

Complicated Market

Belum cukup sampai disitu. Kondisi ini ditambah lagi dengan perilaku konsumen yang semakin complicated.

Pemicunya adalah para milenial dan generasi z yang memiliki banyak sekali syarat sebelum membeli produk. Karakteristik konsumen yang akrab dengan teknologi membutuhkan pelayanan yang juga tech-minded. Produk yang dijual dengan metode lama otomatis akan ditinggal.

E-commerce berkembang semakin pesat karena milenial, sharing economy atau experience-based economy juga semakin diminati. Generasi yang katanya lebih memilih jalan-jalan ketimbang beli baju atau sepatu. Karena menurut mereka, sensasi dapat berbagi saat sedang berkunjung ke tempat/lokasi baru bisa mengalahkan hasrat saat berbelanja barang.

Lantas, apa yang sebaiknya kita mulau? Selalu ingat, bahwa teknologi tetap menjadi sebuah alat/tools. Karena untuk menuju sebuah perubahan, sebuah bisnis tentunya harus menyusun strategi dalam merespon pasar yang tepat dan efektif.

Understand the Market

Know when to fight and when not to fight.

Know how to deceive the enemy.

Know your strengths and weaknesses

Para pelaku bisnis harus benar-benar paham akan kondisi pasar yang menjadi medan pertempurannya. Siapa saja pesaing, apa saja yang ditawarkan, apa saja kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dengan demikian perusahaan bisa memahami apa saja kompetensi yang dibutuhkan untuk bersaing, membangun platform untuk berbeda dibandingkan yang lain.

Memahami pasar juga berarti harus kenal siapa our loyal customer. Kita paham bagaimana ekspektasi konsumen berubah sangat dramatis, apa saja yang memicu pelanggan kita berubah, apakah karena faktor harga, pelayanan yang belum fleksibel, atau lini produk yang semakin tertinggal dari pesaing?

Jika demikian, apakah strategi pemasaran yang ada sudah cukup efektif memperkenalkan produk di tengah para pesaing? Tentunya harus dievaluasi bagaimana kanal-kanal pemasaran yang sudah dibangun mampu menjangkau dan mempengaruhi konsumen.

Maximizee the capability

Memaksimalkan apa yang kita punya dengan melihat ketersediaan sumberdaya manusia yang capable dan memiliki kompetensi.

Strategi Kill the Company sebagaimana dirancang oleh Bodell, memberikan peran bagi SDM perusahaan untuk mampu menjawab pertanyaan berikut:

What could you do to make the company still in the business today? Atau bahkan sebuah pertanyaan yang cukup ekstrem How can we beat the competition?

Kemampuan sebuah bisnis beradaptasi terkadang bergantung pada para karyawan yang direkrut dengan kompetensi yang beragam. Bagaimana para key player di dalam perusahaan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan untuk bertahan atau memenangkan persaingan.

Outcome dari optimalisasi kapabilitas ini adalah kemampuan berinovasi untuk menghasilkan produk baru atau mungkin teknologi baru. Bahkan sebuah pola pemasaran baru yang dapat menciptakan ceruk pasar baru dan pelanggan baru yang lebih prospektif untuk mempertahankan bisnis di masa depan.

Plan for the Future

Bisnis yang direncanakan tentu lebih berpotensi untuk sukses dibandingkan bisnis yang hanya pasrah menerima keadaan.

Perencanaan bisnis masa depan memacu perusahaan untuk terus menerus beradaptasi dengan perubahan, walaupun harus menanggung konsekuensi yang ada. Hal ini akan memicu sebuah bisnis dalam mempersiapkan dan mengembangkan SDM di semua sektor, lebih fleksibel dalam mengikuti tren perubahan perilaku konsumen, siap untuk investasi teknologi baru, dan lebih kreatif dalam menghasilkan lini produk baru.

Mungkin, menurut saya frasa ‘to be killed’ tidak relevan lagi jika bisnis itu mampu beradaptasi dan berubah menyesuaikan perkembangan lingkungan eksternal.

Unless they are no longer aware of the change that exists.

1min adalah sebuah bacaan singkat yang hadir setiap hari Senin. Kamu dapat habis membacanya dalam 2 tegukan kopi kok. Jika tertarik dan penasaran dengan bacaan atau topik lain, kita bisa keep in touch di @macjantra ya (Twitter/Instagram).

--

--

M Arkham C Jantra

Co-Founder @kodingworksio • Product and Business • Have a question? find me on twitter.com/macjantra